Kamis, 19 Agustus 2010
BELUM TERLAMBAT UNTUK "MENINGKAT" & MENJADI "PEMENANG" DI BULAN RAMADHAN
Terasa berbeda, acara Usar (Pengajian Pekanan) pertama di bulan ramadhan pekan kemarin, ketika sang "murobbi" (guru) sebelum memberikan kalimatul usarnya terlebih dahulu memberikan hadiah kepada "peserta" yang telah menyelesaikan kewajiban maaliyah (infaknya). Wah... Sebuah "surprise" yang luar bisa berupa buku " 7 Keajaiban Rezeki" nya Ippho "right" Santosa. Mungkin hadiahnya biasa, tapi setelah dikaji & dibedah isinya..wah..sungguh luar biasa, mmmmmhh.... memang Murobbi luar biasa...., mungkin beliau tahu betul Ramadhan adalah Bulan Mubarak untuk mengalami peningkatan amal kebajikan dan menjadikan kita sebagai PEMENANG.....:) Wah semua serba indah kalo kita saling menikmati indahnya ukhuwah dalam jamaah dakwah. Salam Takzim untuk Naqib sang Murobbiku.....:)
Dan untuk Kita semua, marilah kita ingat kembali Pesan Rasulullah dalam sebuah Haditsnya tentang Bulan Penuh Berkah ini:
Rasulullah SAW bersabda :
"Orang yang berpasa ramadhan karena Iman dan penuh keikhlasan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (H.R. Bukhari)
dalam hadist lain juga Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang melakukan ibadah (Qiyamullail/Tarawih) dimalam bulan Ramadhan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."H.R. Bukhari.
Untuk lebih mendorong kita melaksanakan ibadah-ibadah pada siang maupun pada malam-malam ramadhan seperti Qiyamullail/Shalat Tarawih, ini ada dialog Ali bin Abi Thalib ra bersama Nabi kita Muhammad SAW, dalam kitab "Durratun Sadihin" halaman 66/67 BAB 4 tentang "Fadhilah Bulan Ramadhan II sebagai berikut: "Ali bin Abi Thalib ra bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Fadhilah shalat Tarawih, Nabi kita SAW menjawab : Shalat Tarawih/Qiyamullail pada:
malam 1 : Diampunkan dosanya, bersih seperti bayi yg baru lahir
malam 2 : Diampunkan dosanya dan dosa kedua orangtuanya yang mukmin
malam 3 : Malaikat memanggilnya dari bawah "arsy" segeralah kamu beramal karena Allah
mengampuni dosa-dosanya yang tedahulu
malam 4 : Diberi pahala sebanyak pahal membaca taurat, injil, jabur dan Al-qur'an
malam 5 : Diberi pahala seperti pahala sholat di masjidil haram, masjid Nabawi dan
Mesjid Aqso
malam 6 : Seperti pahala tawaf di baitul makmur, setiap batu-batuan dan tanah liat beristighfar
untuknya
malam 7 : Seolah-olah bertemu dengan Nabi Musa dan berjuang bersamanya melawan
Fir'aun dan Haman
malam 8 : Diberi segala yang diterima nabi Ibrahim As
malam 9 : Seolah-olah ia beribadah yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW
malam 10: Allah SWT memberinya kebaikan dunia dan Akhirat
malam 11 : Ia bakal meninggal dunia bersih dari segala dosa seperti baru dilahirkan dari perut
ibunya
malam 12 : Dihari Qiyamat wajahnya bercahaya seperti bulan purnama
malam 13 : Kelak dihari qiyamat aman dari segala dosa
malam 14 : Dibebaskan dari hisab (perhitungan), para malaikat memberikan kesaksian
atas ibadah sholat tarawihnya
malam 15 : Bershalawat/berdoa untuknya para malaikat penanggung Arasy dan kursi
malam 16 : Dibebaskan dari siksa neraka dan bebas pula masuk surga
malam 17 : Diberi pahala seperti yang diterima para Nabi
malam 18 : Malaikat memanggilnya : "Ya Hamba Allah", engkau dan kedua bapak ibumu
telah diridhoi oleh Allah SWT
malam 19 : Derajatnya ditinggikan di surga Firdaus
malam 20 : Diberi pahala syuhada dan shalihin
malam 21 : Dibangun sebuah gedung nur di surga
malam 22 : Kelak di hari kiamat aman dari bencana yang menyedihkan dan menggelisahkan
malam 23 : Dibangun sebuah kota di Surga
malam 24 : Doa yang dipanjatkan sebanyak 24 doa dikabulkan
malam 25 : Dibebaskan dari siksa Kubur
malam 26 : Pahala baginya ditingkatkan selama 40 tahun
malam 27 : Melintasi Shirat bagai kilat menyambar
malam 28 : Ditinggikan derajatnya 1000 tingkat Surga
malam 29 : Diberi pahala sebanyak 1000 Haji Mabrur
malam 30 : Diseru Allah dengan Firmannya : "Ya hambaku, silahkan makan buah-buahan surga, silahkan mandi air salsabil, dan minumlah dari telaga kautsar, Akulah Tuhanmu dan kamu adalah Hambaku"....
Inilah Amalan2 yang dilipatgandakan oleh Allah SWT bagi kita yang mau bersunggu2....
Ramadhan kali ini harus LUAR BIASA, Ya...HARUS LUAR BIASA.....:)
Cintailah Sepasang Bidadari kita...
Jadilah Golongan Kanan.., dan
Masuklah ke dalam simpul Perdagangan...:) hee..hee. maaf kalo ngelantur..,
lagi terhipnotis hadiahnya Sang "Murobbi". Buku Otak Kanan "7 Keajaiban Rezeki" Ippo Santosa...
Salam Kanan
Right.." )( Aji Suryo)(
KHOTBAH JUM'AT
RAMADHAN DAN KEMERDEKAAN HAKIKI
Ada keistimewaan Ramadhan 1431 H di Indonesia. Yakni bertepatannya Ramadhan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-65, mengingatkan kita dengan kemerdekaan Republik Indonesia yang juga bertepatan dengan bulan Ramadhan. Karenanya Khutbah Jum'at Terbaru ini berusaha membahas Korelasi Ramadhan dengan Kemerdekaan Hakiki. Harapannya, semoga kaum muslimin menyadari bahwa kemerdekaan dari penjajahan Belanda bukanlah kemerdekaan yang final, dan Ramadhan merupakan momentum bagi perbaikan diri dan bangsa untuk meraih kemerdekaan yang sesungguhnya. Dengan demikian, tema Khutbah Jum'at edisi 3 Ramadhan 1431 H yang bertepatan dengan 13 Agustus 2010 M ini adalah: Ramadhan dan Kemerdekaan Hakiki.
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Merupakan nikmat yang sangat besar dan tiada tara, bahwa hari ini kita dipertemukan Allah Azza wa jalla dengan Ramadhan dalam keadaan Islam dan Iman. Dengan pertemuan ini kita mendapatkan kesempatan besar untuk mendapat ampunan dari Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih)
Juga dalam sabdanya yang lain, saat redaksi shama (puasa) diganti dengan qaama (qiyamullail):
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang qiyam (lail) Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih)
Maka ini adalah kesempatan besar, sekaligus nikmat yang agung. Akan tetapi, peluang besar ini juga menjadi sebuah kecelakaan bagi orang-orang yang menyia-nyiakannya sehingga ia keluar dari Ramadhan tanpa ampunan dari Rabb-nya. Maka malaikat Jibril pun mendoakan dengan diamini Rasulullah:
بَعُدَ مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
Celakalah seorang yang memasuki bulan Ramadhan namun dia tidak diampuni (HR. Hakim dan Thabrani)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Ramadhan kita kali ini bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-65. Kita pun perlu mensyukuri nikmat kemerdekaan itu. Bahwa kemerdekaan itu kita raih di bulan Ramadhan pada tanggal 17 Agustus 1945, para pendahulu kita pun telah menyatakan bahwa ia merupakan rahmat dari Allah SWT. Di samping itu, sungguh peristiwa ini menjadi penguat bagi salah satu nama bulan Ramadhan. Yakni syahrul jihad. Bahwa Ramadhan adalah bulan di saat kaum muslimin memiliki gairah besar untuk berjihad menegakkan agama Allah, bukan bulan yang memperlemah umat Islam dalam hari-hari yang penuh kelesuan.
Maka sejarah umat bicara. Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan dan kaum muslimin menuai kemenangan yang gemilang. 313 pasukan Islam berhasil mengalahkan 1000 pasukan kafir Quraisy yang bersenjatakan lengkap. Kemenangan gemilang pertama yang diraih umat Islam ini kemudian menjadi penguat eksistensi kaum muslimin di Madinah dan pembuka bagi kemenangan-kemenangan Islam berikutnya. Adakah pakar militer saat itu yang bisa memprediksi bahwa Rasulullah dan para sahabatnya bisa memenangkan peperangan? Dan kemenangan jihad ini terjadi di bulan Ramadhan!
Enam tahun kemudian terjadi peristiwa yang jauh lebih besar dan mempesona. Inilah penaklukan paling indah dalam sejarah umat manusia. Penaklukan tanpa korban jiwa. Kemenangan besar tanpa tetesan darah! Sepuluh ribu pasukan Islam yang dipimpin oleh Rasulullah memasuki Makkah dengan tenang, menang tanpa perlawanan. Bukan hanya kemenangan secara fisik yang membuat pasukan Makkah tidak berani memberontak, tetapi juga kemenangan jiwa sehingga keimanan masuk ke jiwa-jiwa mayoritas penduduk Makkah menggantikan seluruh kekufuran dan permusuhan mereka. Maka, tak ada satupun yang membela saat 360-an berhala di sekeliling ka’bah dihancurkan. Tak ada yang meratapi atau melakukan demontrasi saat berhala-berhala itu dilenyapkan. Sebab, sesaat sebelum dilenyapkan dari masjidil haram, Allah telah melenyapkan dari hati mereka. Inilah jihad dan kemenangan besar yang juga terjadi di bulan Ramadhan.
650 tahun kemudian juga terjadi peperangan yang dikenal dengan nama Ain Jaluth. Pasukan Islam melawan pasukan Tartar. Dua tahun sebelumnya Tartar di bawah pimpinan Hulako Khan telah menyerang Baghdad. Maka, bulan-bulan berikutnya adalah masa penderitaan dan kekalahan kaum muslimin, jatuhnya Baghdad, serta terbunuhnya khalifah. Hingga akhirnya jihad dikumandangkan yang terkenal dengan sebutan Perang Ain Jaluth. Kaum muslimin berhasil menuai kemenangan atas Tartar. Dan ini juga terjadi pada bulan Ramadhan.
Masih banyak sejarah jihad yang dimenangkan kaum muslimin di bulan Ramadhan.
Pada Ramadhan tahun 15 Hijrah, terjadi perang Qadisiyyah dimana orang-orang Majusi di Persia ditumbangkan. Pada Ramadhan tahun 53 H, umat Islam memasuki pulau Rhodes di Eropa. Pada bulan Ramadhan tahun 91 H, umat Islam memasuki selatan Andalusia. Pada Ramadhan tahun 92 H., umat Islam keluar dari Afrika dan membuka Andalusia dengan komandan Thariq bin Ziyad.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Jika Ramadhan telah menjadi bulan jihad, maka mari kita berdiri untuk memandangi wajah negeri ini. Sudahkah ia merdeka secara hakiki? Dan sudahkah kita mendapatkan kemerdekaan hakiki sebagai umat Islam Indonesia?
Kemerdekaan pertama yang harus dimiliki oleh manusia adalah kemerdekaan dari segala bentuk peribadatan kepada selain Allah. Jika seorang manusia masih dicekam ketakutan kepada sesama manusia, atau makhluk lain, lalu bisakah ia disebut merdeka? Padahal manusia sama derajatnya di sisi Allah. Yang membedakan hanyalah ketaqwaannya.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa (QS. Al-Hujurat : 13)
Jika dengan sesama manusia saja tidak boleh menghamba, maka bagaimanakah kiranya orang yang menghamba kepada makhluk lain selain manusia yang kedudukannya lebih rendah. Baik itu makhluk hidup, makhluk ghaib, maupun materi seperti harta dan kekuasaan.
Kemerdekaan pertama adalah kemerdekaan aqidah. Bahwa kita hanya beribadah kepada Allah, takut kepada Allah, dan berharap hanya pada Allah. Bertauhid dengan benar. Sehingga seorang mukmin tidak lagi memiliki kekhawatiran dan ketakutan, ia merdeka!
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran : 139)
Kemerdekaan beraqidah ini tentu saja berimplikasi pada kemerdekaan menjalankan syariat. Maka jika Islam hendak dilaksanakan secara kaffah tetapi justru dihalangi dan dibatasi, sesungguhnya kemerdekaan hakiki belum kita peroleh.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Kemerdekaan hakiki berikutnya mensyaratkan kemerdekaan ekonomi dari riba dan kemiskinan sistemik. Maka kita lihat, selain membangun masjid, Rasulullah di Madinah juga membangun pasar. Para pebisnis Islam seperti Abdurrahman bin Auf juga bergerak untuk memerdekakan ekonomi Madinah dari dominasi ribawi Yahudi. Akhirnya, kehidupan ekonomi membaik. Pelaksanaan zakat yang menjadi salah satu rukun Islam juga mendukung perekonomian umat, mengurangi kesenjangan dan menciptakan keharmonisan hubungan dalam bermasyarakat.
Ketika ekonomi terjajah, mudah sekali seseorang atau sebuah negara sekalipun didikte untuk mengikuti segala kemauan pihak yang berkuasa secara ekonomi. Jika keputusan-keputusan hidup kita atau kebijakan negara ini kemudian tidak mandiri melainkan diintervensi asing karena ketergantungan ekonomi, sudahkah kita merdeka? Pada hakikatnya belum. Karena merdeka berarti tidak dipengaruhi oleh siapapun dan bebas menentukan jalan hidup agar sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Kita jadi merenung, kalau begitu ada benarnya ungkapan:
كاد الفقر أن يكون كفرا
Hampir saja kemiskinan menyebabkan kekufuran
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Kemerdekaan hakiki juga berarti kita merdeka untuk memperbanyak kebaikan sekaligus merdeka dari anasir-anasir negatif atau kemaksiatan. Hari ini kita mendapatkan fakta bahwa, muslimah yang berjilbab sebagian masih kesulitan bekerja di tempat publik dengan alasan jilbabnya; entah itu rumah sakit atau yang lainnya. Masih ada instansi-instansi yang tidak memberikan kesempatan luas kepada kaum muslimin untuk melaksanakan shalat tetap pada waktunya. Sebaliknya, kita seakan dibanjiri dengan berbagai kemaksiatan yang sebagiannya tidak bisa kita hadang karena masuk dalam wilayah privasi dan menerobos dalam keluarga kita. Media elektronik yang kaya dengan kemaksiatan namun miskin pendidikan, lokalisasi dan perjudian yang dilindungi, serta pergaulan bebas yang bahkan difasilitasi dengan penjualan kondom secara legal benar-benar membuat kemerdekaan tidak mencapai hakikatnya.
Belum lagi ketika hak umat untuk hidup sejahtera harus terampas karena praktik korupsi yang meraja lela. Baru beberapa hari yang lalu, koran-koran nasional memberitakan bahwa korupsi di berbagai daerah demikian parah, hingga masuk kategori menggurita. Lalu yang dirugikan tentu saja adalah umat, rakyat kecil yang senantiasa taat membayar pajak. Tentu banyak hal yang menjadi catatan hingga kita sampai pada kesimpulan bahwa kemerdekaan sejati belum menjadi milik kita, umat Islam Indonesia.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Lalu apa yang bisa kita perbuat untuk meraih kemerdekaan hakiki? QS. An-Nisa ayat 97 memberikan ibrah kepada kita mengenai orang yang berdiam diri dalam keterjajahan.
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, (QS. An-Nisa' : 97)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan asbabun nuzul ayat ini. Bahwa ada sebagian orang makkah yang berislam secara sembunyi-sembunyi. Namun mereka tidak ikut hijrah ke Madinah. Maka saat perang Badar, mereka dipaksa oleh kafir Quraisy untuk ikut berperang di pihak mereka. Saat melihat orang dari kelompok ini terbunuh, sebagian sahabat yang tahu hendak mendoakan mereka, namun Allah SWT menurunkan ayat ini.
Artinya apa? Kita tidak boleh berdiam diri dalam kelemahan. Kita tidak boleh menyerah dalam kondisi yang tidak ideal. Maka bulan Ramadhan merupakan momentum yang sangat tepat bagi kita untuk bangkit. Bangkit dalam aqidah Islam yang benar, bangkit untuk menjalankan Islam. Bangkit untuk menunjukkan semua potensi kita. Bahwa kita bisa. Bahwa kita, dengan identitas keislaman kita, siap mencapai kemerdekaan hakiki. Mencapai hidup yang mulia dan berazam mendapatkan ridha dan surga-Nya.
وقل رب اغفر وارحم و انت خير الراحمين
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102]
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah,
Ramadhan menjadi momentum yang luar biasa bagi kita untuk menjadi pribadi yang merdeka dan bangsa yang merdeka pula. Di saat kita dimudahkan Allah melalui Ramadhan ini dengan segala kebaikan yang terbuka seluas-luasnya dan keburukan menjadi minimal, saatnya kita datang kepada Allah dengan jiwa yang bersih dan hati ikhlas. Kita buka Al-Qur'an, kita pelajari, kita aktif dalam taklim, kita mulai bergabung dengan dakwah. Dan bersamaan dengan tekad kita memperbaiki diri, kita pun turut berupaya memperbaiki umat. Kita bergerak menuju seruan Allah untuk berislam secara kaffah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah : 208)
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
[Khutbah Jum'at edisi 3 Ramadhan 1431 H, 13 Agustus 2010 M; Bersama Dakwah]
Kamis, 12 Agustus 2010
KIAT TINGKATKAN TILAWAH DI BULAN RAMADHAN
Ramadhan yang dikenal sebagai syahrul Qur'an adalah kesempatan yang sangat berharga bagi kita untuk memperbanyak tilawah Al-Qur'an. Nama syahrul Qur'an yang melekat pada bulan Ramadhan adalah karena diturunkannya (permulaan) Al-Qur'an pada bulan ini. Sebagaimana firman-Nya:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ
Bulan Ramadhan, (yakni bulan) yang di dalam-Nya diturunkan Al-Qur'an (QS. Al-Baqarah : 185)
Rasulullah sendiri memiliki agenda rutin pada bulan Ramadhan bersama Jibril, yakni tadarus. Artinya, Rasulullah membacakan Al-Qur'an yang telah diwahyukan kepada beliau di hadapan malaikat Jibril untuk diverifikasi (secara talaqqi) oleh Jibril, hingga lebih bisa dipastikan tidak ada kekeliruan satu huruf pun di dalamnya.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Rasulullah SAW adalah orang yang paling murah hati, lebih-lebih ketika bertemu Jibril di bulan Ramadhan. Beliau bertemu Jibril pada pada setiap malam bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Qur'an" (HR. Bukhari)
Maka tilawah Al-Qur'an, yang di hari biasa saja memiliki keutamaan yang luar biasa, apatah lagi di bulan Ramadhan di mana semua pahala amal kebaikan dilipatgandakan.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم َرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala). Aku tidak mengatakan Alif Laam Mim adalah satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf (HR. Tirmidzi)
Beruntunglah jika kita memiliki sebuah komunitas atau jamaah yang memotivasi kita untuk memperbanyak tilawah Al-Qur'an di bulan Ramadhan, misalnya kesepakatan bersama yang menargetkan kita untuk khatam satu kali atau dua kali dalam bulan Ramadhan. Nah, bagaimana kiatnya agar kita bisa mencapai target itu atau bahkan lebih baik lagi? Berikut ini beberapa kiat yang bisa dicoba:
1. Membuat target pribadi yang lebih tinggi dari Ramadhan sebelumnya, atau target yang telah disepakati dalam komunitas atau jama'ah. Bagi yang sudah berkeluarga, mengadakan kompetisi dengan istri/suami dengan target yang lebih tinggi bisa menjadi alternatif yang menarik. Selain termotivasi untuk meningkatkan tilawah, kita juga telah berusaha membangun keharmonisan cinta dalam suasana Islami. Jadi, kalau kita semula menargetkan dua kali khatam, bersama istri kita membuat kesepakatan untuk dapat mencapai tiga kali khatam.
2. Menanamkan tekad (azzam) yang kuat bahwa target realistis yang telah kita tentukan pasti bisa kita capai. Berdoa kepada Allah, selain dapat memperkuat azam kita juga memperkokoh keikhlasan sehingga ketika nantinya kita mencapainya tidak menjadi ujub atau takabur karena kita yakin itu tercapai atas pertolongan Allah SWT.
3. Sediakan waktu khusus selama Ramadhan untuk tilawah Al-Qur'an. Waktu yang direkomendasikan bagi orang umum dengan jam kerja normal ada pada tiga kesempatan. Kesempatan pertama, selepas shalat tarawih. Upayakan membaca satu juz pada saat itu. Kedua, setelah sahur dan/atau sesudah shalat Subuh. Upayakan pula satu juz pada saat itu. Dan ketiga, saat istirahat kerja. Umumnya kita mendapatkan waktu istirahat selama 1 jam. Jika pada hari biasa waktu 1 jam itu kita manfaatkan untuk shalat Dzuhur dan makan siang, pada bulan Ramadhan ini makan siang otomatis tidak ada. Jadi ada waktu sekitar 40 sampai 45 menit untuk tilawah. Itu adalah waktu yang cukup untuk menyelesaikan 1 juz secara tartil. Sebab jika kita mengacu pada murattal gaya Syaikh Sudais, dibutuhkan sekitar 45 menit. Seringkali tartil kita lebih cepat dari itu kan? Sekitar 30 sampai 40 menit untuk satu juz.
4. Bawalah mushaf di setiap kesempatan, khususnya saat kerja. Mushaf ini nantinya dimanfaatkan untuk tilawah saat istirahat sebagaimana poin 3 di atas. Untuk lebih mudahnya, direkomendasikan membawa mushaf per juz. Jadi Anda bisa denagn mudah memasukkannya ke saku. Cukup bawa 2 juz ke tempat kerja, karena target kita hanya satu juz pada saat kerja. Jika ada kesempatan, misalnya menunggu kendaraan atau hal lain, kita bisa memanfaatkannya untuk menambah tilawah.
5. Tidak semua hari bisa kondusif sesuai keinginan kita. Kadang ada acara urgen atau mendadak yang memaksa kita kehilangan kesempatan tilawah. Misalnya adanya syura atau agenda dakwah ba'da tarawih. Maka kita perlu memanfaatkan hari libur, ketika ada kesempatan kita gunakan untuk tilawah, sebagai pengganti (badal) dari tilawah yang kita tinggalkan. Syukur-syukur kalau itu menjadi tabungan tilawah.
6. Evaluasi secara berkala. Insya Allah Anda sudah ahli masalah ini. Jika pada hari keempat anda baru mencapai 7 juz (padahal target 3 kali khatam), perlu ada solusi. Atau barangkali target Anda yang tidak realistis. Tetapi jangan pernah membuat target yang lebih rendah dari target umum atau Ramadhan sebelumnya. Jadi, meskipun Anda tidak mencapai target pribadi (atau kalah kompetisi dengan istri), target bersama (yang satu atau dua kali khatam tadi) tetap tercapai.
7. Tetap berupaya memenuhi adab-adab tilawah. Meskipun kita tilawah lebih cepat dari kaset murattal (sekitar 10 menit lebih cepat), kita harus tetap mempertahankan tartil dan menjaga tajwid serta adab-adab lain. Jzklh istriku..:) yang telah mengingatkan untuk senantiasa ada peningkatan dalam tilawah qur'an. Mudah-mudahan ramadhan tahun ini lebih baik dari sebelumnya. AMin. (sumber : Bersama Dakwah)
Minggu, 08 Agustus 2010
RENUNGAN TENTANG BULAN RAMADHAN
Kini kita berada di akhir bulan Sya'ban. Pada Selasa malam akhir Sya'ban seperti kemarin, 75 tahunan yang lalu, Hasan Al-Banna menyampaikan ceramah renungan tentang Ramadhan. Kita beruntung karena ada Ahmad Isa Asyur yang berhasil menulis ceramah kedua Hasan Al-Banna tentang Ramadhan itu. Berikut adalah ceramah beliau:
Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Kita ucapkan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat. Wahai Ikhwan yang mulia, saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari sisi Allah yang baik dan diberkati: assalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Pada malam ini, yang merupakan akhir bulan Sya'ban, kita menutup serial kajian kita tentang Al-Qur'anul Karim, tentang kitab Allah SWT. Insya Allah, pada sepuluh malam yang pertama bulan Syawal, kita kembali kepada tema tersebut. Setelah itu kita akan membuka serial baru dari ceramah-ceramah Ikhwan, yang temanya insya Allah: Kajian- Kajian tentang Sirah Nabi dan Tarikh Islam.
Ramadhan adalah bulan perasaan dan ruhani, serta saat untuk menghadapkan diri kepada Allah. Sejauh yang saya ingat, ketika bulan Ramadhan menjelang, sebagian Salafush Shalih mengucapkan selamat tinggal kepada sebagian lain sampai mereka berjumpa lagi dalam shalat 'Id. Yang mereka rasakan adalah ini bulan ibadah, bulan untuk melaksanakan shiyam (puasa) dan qiyam (shalat malam) dan kami ingin menyendiri hanya dengan Tuhan kami.
Ikhwan sekalian, sebenarnya saya berupaya untuk mencari kesempatan untuk mengadakan kajian Selasa pada bulan Ramadhan, tetapi saya tidak mendapatkan waktu yang sesuai. Jika sebagian besar waktu selama setahun telah digunakan untuk mengadakan kajian-kajian tentang Al-Qur'an, maka saya ingin agar waktu yang ada di bulan Ramadhan ini kita gunakan untuk melaksanakan hasil dari kajian-kajian tersebut. Apalagi, banyak di antara ikhwan yang melaksanakan shalat tarawih dan memanjangkannya, sampai mengkhatamkan Al-Qur'an satu kali di bulan Ramadhan. Ini merupakan cara mengkhatamkan yang indah. Jibril biasa membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari Nabi SAW sekali dalam setahun. Nabi SAW mempunyai sifat dermawan, dan sifat dermawan beliau ini paling menonjol terlihat pada bulan Ramadhan ketika Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al- Qur'an beliau. Beliau lebih dermawan dan pemurah dibandingkan dengan angin yang ditiupkan. Kebiasaan membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur'an ini terus berlangsung sampai pada tahun ketika Rasulullah SAW diberi pilihan untuk menghadap kepada Ar-Rafiq Al-A'la, maka ketika itu Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur'an beliau dua kali. Ini merupakan isyarat bagi Nabi SAW bahwa tahun ini merupakan tahun terakhir beliau hidup di dunia.
Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan Al-Qur'an. Rasulullah SAW pernah bersabda mengenainya,
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ.
وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
Puasa dan Al-Qur'an itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, "Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa'at untuknya." Sedangkan Al-Qur'an akan berkata, "Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafaat untuknya." Maka Allah memperkenankan keduanya memberikan syafaat. (HR. Ahmad dan Daruquthni)
Wahai Ikhwan, dalam diri saya terbetik satu pemikiran yang ingin saya bicarakan. Karena kita berada di pintu masuk bulan Puasa, maka hendaklah pembicaraan dan renungan kita berkaitan dengan tema bulan Ramadhan. Ikhwan sekalian, kita telah berbicara panjang lebar tentang sentuhan perasaan cinta dan persaudaraan yang dengannya Allah telah menyatukan hati kita, yang salah satu dampaknya yang paling terasa adalah terwujudnya pertemuan ini karena Allah. Bila kita tidak akan berjumpa dalam masa empat pekan atau lebih, maka bukan berarti bara perasaan ini harus padam atau hilang. Kita tidak mesti melupakan prinsip-prinsip luhur tentang kemuliaan dan persaudaraan karena Allah, yang telah dibangun oleh hati dan perasaan kita dalam majelis yang baik ini. Sebaliknya, saya yakin bahwa ia akan tetap menyala dalam jiwa sampai kita bisa berjumpa kembali setelah masa liburan ini, insya Allah. Jika ada salah seorang dari Anda melaksanakan shalat pada malam Rabu, maka saya berharap agar ia mendoakan kebaikan untuk ikhwannya. Jangan Anda lupakan ini! Kemudian saya ingin Anda selalu ingat bahwa jika hati kita merasa dahaga akan perjumpaan ini selama pekan-pekan tersebut, maka saya ingin Anda semua tahu bahwa dahaganya itu akan dipuaskan oleh mata air yang lebih utama, lebih lengkap, dan lebih tinggi, yaitu hubungan dengan Allah SWT, yang merupakan cita-cita terbaik seorang mukmin bagi dirinya, di dunia maupun akhirat.
Karena itu, Ikhwan sekalian, hendaklah Anda semua berusaha agar hati Anda menyatu dengan Allah SWT pada malam-malam bulan mulia ini. Sesungguhnya puasa adalah ibadah yang dikhususkan oleh Allah SWT bagi diri-Nya sendiri.
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa, la adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya. (HR. Bukhari-Muslim)
Ini, wahai Akhi, mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilaksanakan oleh manusia mengandung manfaat lahiriah yang bisa dilihat, dan di dalamnya terkandung semacam bagian untuk diri kita. Kadang-kadang jiwa seseorang terbiasa dengan shalat, sehingga ia ingin melaksanakan banyak shalat sebagai bagian bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan dzikir, sehingga ia ingin banyak berdzikir kepada Allah sebagai bagian bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan menangis karena takut kepada Allah, maka ia ingin banyak menangis karena Allah sebagai bagian bagi dirinya. Adapun puasa, wahai Akhi, di dalamnya tidak terkandung apa pun selain larangan. Ia harus melepaskan diri dari bermacam keinginan terhadap apa yang menjadi bagian dirinya. Bila kita terhalang untuk berjumpa satu sama lain, maka kita akan banyak berbahagia karena bermunajat kepada Allah SWT dan berdiri di hadapan-Nya, khususnya ketika melaksanakan shalat tarawih. Ikhwan sekalian, hendaklah senantiasa ingat bahwa Anda semua berpuasa karena melaksanakan perintah Allah SWT. Maka berusahalah sungguh-sungguh untuk beserta dengan Tuhan Anda dengan hati Anda pada bulan mulia ini. Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan keutamaan. Ia mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah SWT. Hal ini telah dinyatakan dalam kitab-Nya,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). (QS. Al-Baqarah: 185)
Wahai Akhi, pada akhir ayat ini Anda mendapati:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS. Al-Baqarah: 185)
Puasa adalah kemanfaatan yang tidak mengandung bahaya. Dengan penyempurnaan puasa ini, Allah SWT akan memberikan hidayah kepada hamba-Nya. Jika Allah memberikan taufiq kepada Anda untuk menyempurnakan ibadah puasa ini dalam rangka menaati Allah, maka ia adalah hidayah dan hadiah yang patut disyukuri dan selayaknya Allah dimahabesarkan atas karunia hidayah tersebut.
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur. (QS. Al-Baqarah: 185)
Kemudian, lihadah wahai Akhi, dampak dari semua ini.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186)
Wahai Akhi, di sini Anda melihat bahwa Allah Yang Mahabenar meletakkan ayat ini di tempat ini untuk menunjukkan bahwa Dia SWT paling dekat kepada hamba-Nya adalah pada bulan mulia ini.
Allah SWT telah mengistimewakan bulan Ramadhan. Mengenai hal itu terdapat beberapa ayat dan hadits. Nabi SAW bersabda,
إِذَا جَاءَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَنَادَى مُنَادٍ يَا طَالِبَ الْخَيْرِ هَلُمَّ، وَيَا طَالِبَ الشَّرِّ اقْتَصِرْ
Jika bulan Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu, kemudian seorang penyeru berseru, "Wahai pencari kebaikan, kemarilah! Wahai pencari kejahatan, berhentilah!" (HR. Thabrani)
Wahai Akhi, pintu-pintu surga dibuka, karena manusia berbondong-bondong melaksanakan ketaatan, ibadah, dan taubat, sehingga jumlah pelakunya banyak. Setan-setan dibelenggu, karena manusia akan beralih kepada kebaikan, sehingga setan tidak mampu berbuat apa-apa. Hari-hari dan malam-malam Ramadhan, merupakan masa-masa kemuliaan yang diberikan oleh Al-Haq SWT., agar orang-orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang-orang yang berbuat jahat mencari karunia Allah SWT sehingga Allah mengampuni mereka dan menjadikan mereka hamba-hamba yang dicintai dan didekatkan kepada Allah. Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa Allah SWT telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al-Qur'an. Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan. Karena itu, Allah SWT mengistimewakan dengan menyebutkannya dalam kitab-Nya.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an. (QS. Al-Baqarah: 185)
Ada ikatan hakikat dan fisik antara turunnya Al-Qur'an dengan bulan Ramadhan. Ikatan ini adalah selain bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan, maka di bulan ini pula Dia mewajibkan puasa. Karena puasa artinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakikat spiritual atas hakikat materi dalam diri manusia. Ini berarti, wahai Akhi, bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam kondisi seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, karena ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah SWT. Karena itu, bagi Allah, membaca Al-Qur'an merupakan ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia. Pada kesempatan ini, Ikhwan sekalian, saya akan meringkaskan untuk Anda semua pandangan-pandangan saya tentang kitab Allah SWT, dalam kalimat-kalimat ringkas. Wahai Ikhwan yang mulia, tujuan-tujuan asasi dalam kitab Allah SWT. dan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan bagi petunjuk Al-Qur'an ada tiga
1. Perbaikan Aqidah
Anda mendapad bahwa Al-Qur'anul Karim banyak menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia bisa mengambil manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari akhir, agar setiap jiwa dihisab tentang apa saja yang telah dikerjakan dan ditinggalkannya. Wahai Akhi, jika Anda mengumpulkan ayat-ayat mengenai aqidah dalam Al-Qur'an, niscaya Anda mendapati bahwa keseluruhannya mencapai lebih dari sepertiga Al-Qur'an. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ * الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 21-22)
Wahai Akhi, setiap kali membaca surat ini, Anda mendapati kandungannya ini melintang di hadapan Anda. Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-Mukminun,
قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ * سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ * قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ * سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ * قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ * سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ * بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Katakanlah, 'Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kalian mengetahui?' Mereka akan menjawab, 'Kepunyaan Allah.' Katakanlah, 'Maka apakah kalian tidak ingat?' Katakanlah, 'Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?' Mereka akan menjawab, 'Ke- punyaan Allah.' Katakanlah, 'Maka apakah kalian tidak bertaqwa?' Katakanlah, 'Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?' Mereka akan menjawab, 'Kepunyaan Allah.' Katakanlah, '(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?' Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. (QS. Al-Mukminun: 84-90)
Allah SWT juga berfirman di surat yang sama,
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ * فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ
Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam. (QS. Al-Mukminun: 101-103)
Allah SWT juga berfirman,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5) يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ (6) فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya, 'Mengapa bumi (jadi begini)?' Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (QS. Ay-Zalzalah: 1-8)
Allah SWT berfirman,
الْقَارِعَةُ * مَا الْقَارِعَةُ
Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kalian apakah hari Kiamat itu? (QS. Al-Qari'ah: 1-3)
Dalam surat lain Allah berfirman,
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ * حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ * كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ * ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. Sampai kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. (QS. At-Takatsur: 1-4)
Wahai Akhi, ayat-ayat ini menjelaskan hari akhirat dengan penjelasan gamblang yang bisa melunakkan hati yang keras.
2. Pengaturan Ibadah
Anda juga membaca firman Allah SWT mengenai ibadah.
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat (QS. Al-Baqarah: 43)
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
...diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian. (QS. Al-Baqarah: 183)
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
...mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali Imran: 97)
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.' (QS. Nuh: 10)
Dan banyak lagi ayat-ayat lain mengenai ibadah.
3. Pengaturan Akhlak
Mengenai pengaturan akhlak, wahai Akhi, Anda bisa membaca firman Allah SWT.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا * فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. (QS. Asy-Syams: 7-8)
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra'd:11)
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ * الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلَا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ * وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ * وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ * جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ * سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang meme- nuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan orang-orang yang sabar karena mencari ridha Tuhannya, mendirikan shalat, dan menaf- kahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan ke- baikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan), 'Salamun 'alaikum bima shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu),' maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. Ar-Ra'd: 19-24)
Wahai Akhi, Anda mendapati bahwa akhlak-akhlak mulia bertebaran dalam kitab Allah SWT dan bahwa ancaman bagi akhlak-akhlak tercela sangadah keras.
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
Dan orang-orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam). (QS. Ar-Rad: 25)
Inilah peraturan-peraturan tersebut, Ikhwan sekalian, sebenarnya, peraturan-peraturan itu lebih tinggi daripada yang dikenal oleh manusia, karena di dalamnya terkandung semua yang dikehendaki manusia untuk mengatur urusan masyarakat. Ketika mengupas sekelompok ayat, maka Anda mendapati makna-makna ini jelas dan gamblang. "Seperempat Juz Khamr" yang diawali dengan
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi (QS. Al-Baqarah: 219),
mengandung lebih dari dua puluh lima hukum praktis: tentang khamr, judi, anak-anak yatim, pernikahan laki-laki dan wanita-wanita musyrik, haid, sumpah, ila', talak, rujuk, khuluk, nafkah, dan hukum-hukum lainnya yang banyak sekali Anda dapatkan dalam seperempat juz saja. Hal ini karena surat Al-Baqarah datang untuk mengatur masyarakat Islam di Madinah. Ikhwan tercinta, hendaklah Anda semua menjalin hubungan dengan kitab Allah. Bermunajadlah kepada Tuhan dengan kitab Allah. Hendaklah masing-masing dari kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang telah saya sebutkan ini, karena itu akan memberikan manfaat yang banyak kepada Anda, wahai Akhi. Insya Allah Anda akan mendapatkan manfaat darinya.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad dan kepada segenap keluarga dan sahabatnya.[Sumber: Ceramah-ceramah Hasan Al-Banna]
Langganan:
Postingan (Atom)